Monday 5 September 2016

Abu Nawas dan Lelaki Kedekut


Syahdan,pada suatu masa dahulu ada seorang lelaki yang sangat kedekut. Ia mempunyai sebuah rumah yang cukup besar. Di dalam rumah itu dia tinggal bersama seorang isteri dan tiga orang anaknya yang masih kecil. Lelaki ini merasa rumahnya sudah sangat sempit untuk dirinya dan keluarganya. Namun,untuk memperluas rumahnya,lelaki itu merasa sayang untuk mengeluarkan wang. Ia memerah otaknya memikirkan bagaimana caranya agar ia boleh memperluaskan rumahnya tanpa mengeluarkan wang yang banyak, Akhirnya,dia mengambil keputusan untuk berjumpa dengan Abu Nawas,seorang yang cerdik di kampungnya. Pergilah ia menuju rumah Abu Nawas.

Lelaki kedekut : Salam hai Abu Nawas,semoga engkau selamat sejahtera.

Abu Nawas: Salam juga untukmu hai orang asing,ada apa gerangan kamu datang ke kediamanku yang usang ini?

Lelaki ini lalu menceritakan masalah yang ia hadapi. Abu Nawas mendengar dengan saksama. Setelah lelaki itu selesai bercerita,Abu Nawas tampak bertafakur seketika,tersenyum,lalu ia berkata: "Hai fulan,jika kamu menghendaki kediaman yang lebih luas,belilah sepasang ayam,jantan dan betina,lalu buatkan reban di dalam rumahmu. Tiga hari kemudian kau lapor padaku bagaimana keadaan rumahmu."

Lelaki kedekut itu bingung,apa hubungan ayam dengan luas rumahnya itu,tetapi ia tidak membantah. Sepulang dari rumah Abu Nawas,ia membeli sepasang ayam,lalu dibuatnya reban untuk ayam itu di dalam rumah.

Tiga hari kemudian,ia kembali ke kediaman Abu Nawas,dengan wajah berkerut.

Abu Nawas : Bagaimana fulan,sudah bertambah luaskah kediamanmu?

Lelaki kedekut : Boro boro ya Abu. Apa kamu yakin ideamu ini tidak salah? Rumahku tambah kacau dengan adanya kedua dua ekor ayam itu. Mereka membuat kekacauan dan kotorannya berbau tidak sedap.

Abu Nawas : (sambil tersenyum) kalau begitu tambahkan sepasang itik dan buatkan reban di dalam rumahmu. Kemudian kembali ke sini tiga hari lagi.

Lelaki itu terperanjat. Kelmarin ayam sekarang itik,memangnya rumahnya rumah penternakan? Atau si cerdik Abu Nawas ini sedang kumat jahilnya? Namun seperti pertama kali,ia tidak membantah,kerana ingat reputasi bu Nawas yang selalu berjaya menyelesaikan berbagai masalah. Pergilah ia ke pasar dibelinya sepasang itik lalu dibuatnya reban di dalam rumahnya.

Setelah tiga hari ia kembali menemui Abu Nawas,

Abu Nawas : Bagaimana fulan,kediamanmu sudah mulai terasa luas atau belum?

Lelaki kedekut : Aduh Abu,ampun,jangan kau memperdayai aku. Ketika ini adalah saat paling parah selama aku tinggal di rumah itu. Rumahku sekarang sangat mirip pasar haiwan,sempit,padat dan baunya bukan main.

Abu Nawas : Wah baguslah kalau begitu. Tambahkan seekor kambing lagi. Buatkan ia kandang di dalam rumahmu juga. Kemudian kembali ke sini tiga hari lagi.

Lelaki kedekut : Apa kau sudah gila Abu? Kelmarin ayam,itik dan sekarang kambing. Apa tidak ada cara lain yang lebih normal?

Abu Nawas : Lakukan saja,jangan membantah.

Lelaki itu tertunduk lesu,bagaimanapun juga yang memberi idea adalah Abu Nawas,si cerdik pandai yang tersohor. Maka dengan pasrah pergilah ia ke pasar dan beli seekor kambing.

Tiga hari kemudian dia kembali menemui Abu Nawas.

Abu Nawas : Bagaimana fulan? Sudah membesarkah rumahmu?

Lelaki kedekut : Rumahku sekarang sudah jadi neraka,Abu. Isteriku mengomel sepanjang hari,anak-anak menangis,semua haiwan berkotek dan mengembik,bau,panas,sumpek,betul betul parah ya Abu. Tolong aku Abu,jangan suruh aku beli lembu dan mengandangkannya di rumahku,aku tidak sanggup ya Abu.

Abu Nawas : Baiklah kalau begitu,pulanglah kamu lalu juallah kambingmu ke pasar,besok kau kembali unutk menceritakan keadaan rumahmu.

Lelaki itu pulang sambil bertanya-tanya dalam hatinya,kelmarin disuruh beli,sekarang disuruh jual,apa mahunya si Abu Nawas. Namun ia tetap menjual kambingnya di pasar. Keesokan harinya kembali ke rumah Abu Nawas.

Abu Nawas : Bagaimana keadaan rumahmu hari ini?

Lelaki kedekut : Ya,baik lah Abu,paling tidak bau dari kambing dan suara embikannya yang bingit sudah tidak ku dengar lagi.

Abu Nawas : Kalau begitu juallah itik-itikmu hari ini,besok kau kembali ke mari.

Lelaki itu pulang ke rumahnya dan menjual itik-itiknya ke pasar. Esok harinya ia kembali ke rumah Abu Nawas.

Abu Nawas : Jadi,bagaimana keadaan rumahmu sekarang?

Lelaki kedekut : Syukurlah Abu,dengan perginya itik-itik itu,rumahku jadi jauh lebih tenang dan tidak terlalu sumpek dan berbau lagi. Anak-anakku juga sudah mulai berhenti menangis.

Abu Nawas : Bagus,kini juallah ayam-ayammu ke pasar dan kembali besok.

Lelaki kedekut itu pulang dan menjual ayam-ayamnya ke pasar. Keesokan harinya ia kembali dengan wajah yang berseri-seri ke rumah Abu Nawas.

Abu Nawas : Kulihat wajahmu cerah hai fulan,bagaimana keadaan rumahmu sekarang?

Lelaki kedekut : Alhamdulillah ya Abu,sekarang rasanya rumahku sangat lega kerana ayam dan rebannya sudah tidak ada. Kini isteriku sudah tidak marah-marah lagi,anak-anakku juga sudah tidak cerewet lagi.

Abu Nawas : (sambil tersenyum) Nah nah,kau lihat kan,sekarang rumahmu sudah menjadi luas padahal kau tidak menambah bangunan apa pun atau memperluas tanah bangunanmu. Sesungguhnya rumahmu itu cukup luas,hanya hatimu sempit sehingga kau tak melihat betapa luasnya rumahmu. Mulai sekarang kau harus lebih banyak bersyukur kerana masih ramai orang yang rumahnya lebih sempit daripadamu. Sekarang pulanglah kamu dan atur rumah tanggamu,dan banyak-banyaklah bersyukur atas apa yang direzekikan Allah SWT kepadamu dan jangan banyak mengeluh.

Lelaki kedekut itu pun termenung,sedar atas segala kekeliruannya,ia terpana akan kecendikiawan sang tokoh dan mengucapkan terima kasih kepada Abu Nawas.

p/s : Sesungguhnya nikmat dunia ini serba sedikit menutup kedua-dua matamu untuk melihat kebesaran Allah yang seluas langit dan bumi. Rezeki Allah itu luas dan banyakkan bersyukur atas apa yang dikurniakan kepada kita.

No comments:

Post a Comment